Rabu, 26 April 2016 pukul 19:00…..mobilku melaju pelan melewati perempatan Jalan Kayon Surabaya. Obrolan ringan kawanku, mas Faanzir, di kursi depan tentang debat dia dengan polisi yang menilangnya di Surabaya sedikit membuyarkan konsentrasi menyetirku.”Mas, nih jadinya ketemuan ama teman-teman dan dosen Teknik Nuklir UGM di mana? di Rawon Setan atau di Sate Kelapa?”tanyaku memastikan kemana mobil ku belokkan.
Ïni SMS terakhir bilang di Rawon Setan, Ton”jawab mas Faanzir. Langsung GPS di otakku memikirkan arah paling cepat menuju jalan tunjungan. Tentu lewat jalan Kayon lalu potong ke kanan di Jalan Sudirman lalu putar balik di patung Karapan Sapi, pikirku cepat. Ups…pas keluar ke Jalan Sudirman, baru kuingat kalo marka jalan Sudirman ini Nggak Putus alias nggak boleh dipotong. tapi…kok…sebuah mobil sedan kecil melintas di depanku dengan santainya memotong marka. Kuikuti dia, “kalo dia salah dan ditangkap polisi, mustinya kan dia dulu, bukan saya yang di belakang dia”, pikir saya 🙂 Naaaaah…pinternya dia pas di tikungan yang ada kantor polisinya dia tetep ambil jalan lurus, sementara saya sesuai rencana puter balik di tikungan tersebut.
BLAIIIKKK!….seorang polisi tiba-tiba muncul di tikungan. “Wah kena nih mas, saya”, celetuk saya santai ke mas Faanzir. Dengan ramah tangan di dada polisi tersebut menghentikan saya dan mengatakan kesalahan saya. Mmm….di sini godaan ini dimulai: mau NYUAP atau TILANG aja? toh di dompet ada uang cukup dan nggak repot2 sidang. Tapi…suara2 hati saya seakan menyeruak mengingatkan nilai-nilai diri yang selalu saya ajarkan ke mahasiswa saya, tujuan-tujuan mulia hati saya menjadi seorang peneliti e-government, dan amalan-amalan yang harus saya contohkan ke anak-anakku dan kupertanggung-jawabkan kelak di alam kubur dan akherat nanti. Sempat terlintas kesedihan hati saya terakhir kali memilih membayar polisi saat kena tilang di tanda R2 pertama kali di Surabaya. Menyuap polisi adalah mengkhianati nilai-nilai yang sedang aku coba bangun untuk jiwa saya, keluarga saya, dan bangsa saya.
Mungkin mengatakan kalimat “Sidang di tempat saja Pak”atau “Damai saja Pak” sambil mengeluarkan uang Rp100ribu adalah hal ringan yang sudah membutakan hati kita bahwa sebenarnya kita sedang melakukan perbuatan dosa Menyuap atau membuat si Polisi Korupsi. Gimana mungkin kita minta polisi bersih, kalo kitanya aja terus bangga saat mampu menyuap polisi?
“Saya tilang ya Pak?!” entah pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan petugas polisi itu. Yang pasti, saya sudah bulat ingin menjaga nilai diri, meski ada kesempatan lolos dengan membayar. “Ya Pak”saya diam di depan stir mobil sambil sesekali ngobrol dengan teman saya tentang kelalaian saya. Äda apa, Pak” tanya Polisi itu melongok ke mobil saya. “Öh ndak papa pak, monggo” saya berusaha tidak mengobrol dengan pak polisi, hanya menunggu surat tilang merah saya selesai ditulis. “Nih pak, sidang tanggal 13 bulan Mei…jangan melanggar lagi”katanya. “Ya Pak, terima kasih”, Alhamdulillaaah sehelai kertas tilang merah saya terima.”InsyaAlloh jadi amalan saya & jadi shodaqoh saya buat negara” batin saya menata hati…jadi inget saya udah “shodaqoh” ke negara Australia sedikitnya 3x gara-gara masalah parkir saat tinggal hampir 6 tahun di South Australia dulu 🙂
DUA MINGGU….adalah waktu rata-rata menunggu antara saat kamu kena tilang hingga waktu persidangan. Dan biasanya jadwal sidang di HARI JUMAT mulai JAM 8:00 di PENGADILAN NEGERI kota tempat kita di tilang.
Hari ini, Jumat 13 Mei 2016. Pagi-pagi saya udah bangun menyambut pengalaman indah ini, mengunjungi Pengadilan Negeri Surabaya. Berikut step-step Sidang Tilang yang mudah kamu ikuti:
- Dari rumah usahakan BERANGKAT LEBIH PAGI. Sidang di mulai pukul 8:00 saya udah sampai di Pengadilan pukul 7:15. Jangan lupa BAWA Lembar SURAT TILANG kamu. Beneran! masih kurang 45 menit buka aja korban-korban tilang udah memenuhi ruangan sidang 😀
- JANGAN TAKUT NOMINAL DI PASAL UNDANG-UNDANG. Memang di pasal-pasal undang-undang tertulis kalo melanggar marka jalan maka Dendanya maksimal Rp 200.000, – Rp 500.000,- Pasal dan nominal ini yang biasanya dipake oknum polisi (oknum ya 🙂 buat nakuti-nakuti pelanggar agar “nitip”. Kenyataannya kalo ikut sidang biasanya dendanya hanya 20% nya aja.
- BAWA UANG PAS! Memang sejak awal saya udah baca-baca di Internet, bahwa untuk pelanggaran marka biasanya hanya bayar Rp 40.000,- dan sebaiknya kita BAWA UANG PAS (kecil-kecil) termasuk uang buat Parkir. Parkir sepeda motor bisa di dalam kompleks pengadilan bisa juga di luar. Saya milih di luar aja meski harga lebih mahal: Rp 3.000, –
- NGGAK USAH NERIMA TAWARAN CALO BUAT DIGANTIIN SIDANGNYA. Biasanya sampai di tempat parkir udah banyak orang-orang yang nawarin kamu buat nggantiin antri atau ikutan sidang kamu. Saran saya: ndak usah, bilang aja “udah biasa kok mas, saya ambil sendiri aja” 🙂 toh gampang banget kok!
- PASTIKAN RUANG SIDANG KAMU BENAR! Sampai di Pengadilan Negeri, hati-hati ama ruangan sidang. Pastikan kamu ngumpulin surat tilang kamu ke ruang sidang yang benar. Kalo salah ruangan, bisa-bisa kamu udah ngendon nunggu luaaaammaaaaa ternyata dipanggil cuman buat pindah ruangan lain. Cara memastikannya: TANYA LANGSUNG AMA PETUGAS INFORMASI (biasanya di depan pintu masuk atau metal detector kalo di PN Surabaya), tunjukin surat tilang kamu langsung mas petugasnya akan nunjukin ruangan sidang kamu.
- TUMPUK SURAT TILANG KAMU DI MEJA HAKIM. Begitu sampai ruangan biasanya kamu akan dapatin ruangan udah penuh orang bahkan ndak ada space buat sekedar slonjoran di lantai 🙂 jadi langsung kamu tumpuk aja surat tilang kamu di meja hakim bareng ama surat-surat tilang orang-orang lain. Jangan coba-coba curang nyisipin ke urutan bawah ya kalo ndak pengin dipukuli orang satu ruangan! 🙂
- Nah, kalo udah kamu cuman tinggal NUNGGU SIDANG DIMULAI Jam 8:00. Biasanya 10 menit sebelum sidang seorang satpam masuk ruangan memeriksa semua surat tilang memastikan ada yang salah ruangan/tidak. 5 menit menjelang jam 8:00 sejumlah staf membawa gepokan-gepokan STNK, SIM, dan surat-surat tilang ke ruangan. Umumnya sebelum sidang, petugas meminta semua hadirin tertib dan sopan, termasuk mencopot topi-topi yang masih dipakai di dalam ruangan.
- Jam 8:00 persis, Hakim masuk ruangan dan mulai memanggil masing-masing nama pelanggar. Nah di bagian ini PASANG TELINGAMU BAIK-BAIK, kalo perlu cari posisi berdiri yang memungkinkan kamu mendengar jelas nama-nama yang dipanggil. Hati-hati kalo sampai dipanggil 1x nggak ada yang ngejawab langsung dilompati nama-nama berikutnya!
- Alhamdulillaaah, hanya kurang lebih 10 menit dari jam 8:00 nama saya udah dipanggil. Langsung saya teriak “Ada!” sambil menyeruak lautan orang yang menyumbat ruangan sidang 🙂 Setiap pelanggar harus BERDIRI DI DEPAN HAKIM, lalu hakim akan menyebutkan Besaran Denda, lalu kita jawab ya. ….udah..gitu aja! 😀 ndak pake apa-apa….Hakim di depan saya senyum ke saya lalu bilang “Denda Rp 40.000,-“…saya jawab “Ya Pak, terima kasih”…lalu saya diminta PINDAH KE RUANGAN Sebelah untuk melakukan PEMBAYARAN.
- Di ruangan sebelah petugas menyampaikan saya harus membayar ‘Rp 41.000’…mungkin yang 1.000 uang administrasi atau apalah, ndak masalah. Uang aku bayarin pas, Alhamdulillaah SIM A kembali balek dompet ke saya.
Udaaaaahh..gitu aja kok…mudah & murah beramal shodaqoh ke negara kita 🙂
Tentu sebagai manusia kita pasti ada saat lalai hingga sengaja/nggak sengaja pasti pernah melanggar lalu-lintas. Saya anggap itu sebagai ujian Alloh: Apakah kita istiqomah menegakkan perintah Alloh TIDAK MENYUAP/KORUPSI atau kita memilih jalan pintas dunia MENYUAP POLISI.
Akhirnya, saat nanti kamu ketilang polisi, tanyakan lagi ke hati kamu yang sedang gelisah: “Kalo Bayar TILANG Lalu-Lintas itu MUDAH & InsyaAlloh jadi amalan istiqomah kita, lalu mengapa masih memilih DOSA menghancurkan nilai-nilai pribadi kita dengan mengajak Polisi KORUPSI??”
Alhamdulillaaah 🙂
Filed under: Hikmah | Tagged: bayar, jujur, lalu-lintas, pengadilan negeri, tilang | 1 Comment »