Bukankah kita memang ditakdirkan INDIVIDUALis??

“Individualis” dari kata “Individualism” yang artinya keyakinan akan pentingnya diri sendiri, kemampuan bertahan hidup sendiri, dan kebebasan setiap diri sebagai individu.

Beberapa hari ini, dengan beberapa kejadian yang saya alami, saya menjadi yakin betapa manusia memang ditakdirkan untuk menjadi Individualis bahkan di’perintah’kan untuk menjadi individualis.

Saya yakin dengan persepsi umum tentang individualis teman-teman pasti akan mengira saya salah. Silahkan anda menghakimi saya, karena itupun hak anda sebagai seorang individualis.

Mempelajari ilmu psikologi manusia, terutama tentang motivasi yang membuat manusia melakukan sesuatu, bahkan hingga tata ajaran agama, sebuah kata kemudian muncul di benak saya “individualis”. Please singkirkan dahulu persepsi negatif anda tentang kata ini.
Jika saya beragama Islam, Alloh – Zat Maha Tunggal Sumber dari segala sumber dunia inipun menyuruh setiap manusia untuk melakukan setiap amal, setiap perbuatan hanya untuk Alloh..bukan untuk manusia lain..padahal sisi manusia memang secara natural seringkali melakukan suatu tindakan karena tekanan orang lain atau ingin menyenangkan orang lain. Di sini Alloh menuntut saya untuk berlaku “individualis” berurusan hanya antara saya (sebagai hamba) dengan dan hanya dengan Alloh (sang Pencipta) untuk menata Niat dalam setiap gerak langkah saya. Saya tidak boleh melakukan sesuatu karena diminta isteri, tidak boleh melakukan sesuatu karena ingin menyenangkan anak, tidak boleh melakukan sesuatu karena ingin menyenangkan orang tua, Tetapi..saya melakukan semua ini hanya dan hanya karena urusan saya dengan Alloh semata.

Bagaimana saya tidak menjadi “individualis” yang harus memikirkan masa depan alam kubur dan akherat saya, jika nantinya saat saya meninggal kelak hanya jasad lemah ini dan jiwa ini yang terkubur berkalang tanah ditemani dengan “amalan-amalan” yang memang secara “individualis” saya niatkan hanya untuk Alloh. Anak, isteri, saudara, bahkan orang tua hanyalah akan mengantarkan sampai acara pemakaman selesai selanjutnya pulang meninggalkan saya seorang diri.

Saya memang harus “individualis” berusaha survival melaksanakan setiap kewajiban saya karena semua “kewajiban” ini adalah definisi dan perintah dari Alloh  dan memang harus saya Niatkan semata hanya untuk Alloh. Saya melakukan semua ini, mencari nafkah untuk anak isteri, berbakti kepada bapak ibu, menjaga silaturahmi dan membantu saudara adalah Bukan untuk mereka, namun sejatinya hanyalah untuk catatan amalan Saya sendiri dihadapan Alloh..disini notabene saya memang harus individualis.

Sekarang saya belajar S3, mempelajari beberapa ilmu, insyaAlloh saya harapkan bermanfaat bagi makhluk lain sejatinya Bukan diNiatkan untuk makhluk lain, tetapi hanya saya niatkan untuk diri saya sendiri agar Alloh cinta pada saya, Alloh ridlo pada saya, dan akhirnya Alloh memberi rahmat saya di alam kubur saya, di akherat, dan mudah2an di dunia juga. Bukan kemasyuran yang seharusnya saya cari, karena saya tahu masyur hanyalah fana, bukan pujian, bukan teman, bukan jabatan, bukan uang, tapi cinta Alloh, catatan amalan saya oleh Alloh yang saya harapkan.

Saya memang harus “individualis” dimana setiap keputusan harus saya buat sendiri karena memang saya sendiri nanti yang harus mempertanggung-jawabkannya di alam kubur dan di akherat kelak dihadapan Alloh. Buat apa saya melakukan sesuatu yang diminta isteri, yang diminta teman, atau atasan jika ternyata akhirnya tidak sama dengan yang diperintahkan Alloh? Saya harus mengambil keputusan sendiri dan melakukan apapun karena keputusan diri sendiri dan menjalaninya sebagai urusan “individualis” antara saya dengan Alloh Pencipta saya.

Saya cinta kepada anak dan isteri saya, saya cinta kepada bapak ibu dan saudara-saudara saya, namun cinta itupun akan terputus kelak saat nyawa tiada lagi berada di jasad saya. Akhirnya, hanya cinta abadi kepada Zat Pencipta saya yang harus tetap melandasi setiap tindakan kebaikan dan rasa kasih sayang dalam diri ini. Alhamdulillaah..semua yang naluriah dalam diri kita memang menjadi tuntunan dan perintah Alloh kepada kita. Al hasil, tanpa diperintahkan Alloh sekalipun kita sebenarnya telah melakukan banyak kebaikan, apalagi diminta Alloh…jadi yang lebih mengutungkan bagi amalan kita adalah saat ingin melakukan hal-hal kebaikan naluriah itu Jangan Lupa baca basmallah dan niatkan semua ini hanya semata karena kita menuruti perintah Alloh, memohon cinta dari Alloh, memohon catatan amal kebaikan di alam kubur dan akherat kelak.

Namun meski saya individualis, semua yang melandasi perbuatan saya tidaklah perlu diungkapkan..karena sesuatu yang terucap jauh lebih mudah membuat kecewa manusia lain, membuat dosa, bahkan bisa jadi menghilangkan catatan amal saya dihadapan Alloh. Biarkan Niat dalam hati ini yang “berbicara” sendiri kepada Zat Penciptanya, dan tidak perlu makhluk lain mengetahuinya, kecuali hanya untuk kebaikan lain dan itupun harus kembali ditata diNiatkan kembali untuk Alloh. Niatkan saja dalam hati, ucapkan basmallah dengan lisan, dan lakukan saja.

Bismillaahirrohmaanirrohiiim….

2 Responses

  1. wah,,, panjang juga kisahnya Mas,,,
    btw, nice share,,,,

Leave a comment